Minggu, 23 Juni 2013

Polisi, Dengarlah Rakyat Sebelum Terus Dikutuk


SERATUS kali, seribu kali atau bahkan beribu-ribu kali sudah disampaikan oleh rakyat, kalau polisi ingin dipercaya rakyat, dengarlah suara rakyat. Lewat dunia maya, media elektronik dan cetak bahkan lewat demo turun ke jalan sudah disampaikan bagaiamana suara rakyat. Tapi polisi belum juga mau mendengar suara rakyat.
Kemelut Polri dengan KPK adalah puncak penyebab kebencian rakyat kepada aparat berseragam coklat itu. Itu pun setelah rakyat melihat kalau polisi sengaja memusuhi KPK karena KPK dianggap polisi terlalu arogan khususnya kepada polisi sendiri. Polisi ternyata tidak terima kantornya digeledah KPK meskipun penggeledahan seperti itu sudah berkali-kali dilakukan di kantor-kantor lain. Belum pernah ada perlawanan dari instansi manapun ketika KPK menjalankan tugasnya seumpama pengeledahan itu. Tapi polisi tidak terima.
Rakyat yang jengkel kepada polisi memang sedang dan sudah memberikan berbagai suara lewat berbagai saluran media yang ada. Bahkan dalam tiga hari belakangan, berita dan komentar dukungan rakyat kepada KPK yang dianggap dikriminalisasi polisi, semakin tak terbendung. Sebuah komentar seorang demonstran tegas mengatakan, “Jangan biarkan kemarahan rakyat ini membesar.” Dimana-mana sudah mulai merebak demo-demo turun ke jalan yang secara jelas mendukung KPK. Jargon ’selamat Indonesia, selamatkan KPK’ adalah dua kata yang didengungkan terus-menerus.
Rakyat tetap tidak bisa menerima alasan polisi berusaha menangkap seorang polisi yang menjalankan tugas mulia memberantas korupsi dengan alasan yang dicari-cari. Alasan Novel diduga melakukan tindak pidana 8 tahun silam baru sekarang mau diproses, nyata-nyata secara telanjang polisi tampak berbohong. Bagaimana polisi bisa dipercaya rakyat kalau berbagai kasus yang melibatkan polisi sendiri seperti kasus ‘rekening gendut’ yang sudah ditelaah Tempo beberapa waktu lalu, malah tidak satupun oknumnya yang ditangkap. Sementara Novel Baswedan yang nyata-nyata melaksanakan tugas memberantas kejahatan kemanusiaan, kok malah mau ditangkap sekarang juga. Polisi saja pasti tidak percaya alasan itu.
Kelihatannya polisi masih belum juga mau mendengar suara rakyat. Polisi masih juga memaksa rakyat mendengar suara mereka yang semakin hari semakin sumbang terdengar oleh rakyat. Aneh, pucuk pimpinan polisi juga rupanya tidak bisa membaca kebohongan anak buahnya itu. Dia pun ikut menyebut Novel harus ditangkap karena terlibat tindak pidana.
Rakyat tidak akan berhenti membela KPK walaupun harus memusuhi polisi. Jadi, kalau polisi ingin dibela rakyat, tidak usah membuat pernyataan atau membuat konferensi pers seperti yang dilakukan Kabareskrim, Sutarman kemarin. Rakyat tidak percaya dengan itu semua. Lebih baik polisi berterus terang, kalau Novel itu berusaha ditangkap adalah untuk membungkam KPK agar tidak melanjutkan proses penyidikan dugaan korupsi simulator SIM itu. Tapi percayalah, keinginan seperti itu sudah tidak waktunya lagi. di zaman orba mungkin bisa.
Jadi, sudahlah Pak Polisi. Untuk beberapa oknum polisi yang saat ini merasa tersandung masalah korupsi, mundur sajalah dari arena. Lebih baik menjelaskan kepada rakyat kalau kesalahan itu, dulu, terlakukan karena sistem yang memaksa membuatnya. Kini ternyata sudah tidak bisa, ya hentikan. Lalu polisi-polisi yang masih bersih, masih bertintegritas tinggi dengan tanggung jawabnya, majulah ke depan. Beranilah menentang secara terbuka segala kebobrokan yang selama ini dilakukan.
Andai saja ini mau dilakukan, walaupun terasa terlambat, itu jauh lebih baik dalam rangka menyelamatkan institusi kepolisian dari pada memperuncing perseteruan dengan KPK. Tidak usah polisi menunggu perintah presiden karena presiden yang ditunggu-tunggu itu entah kemana. Bahkan sekarang rakyat juga sudah mulai tidak percaya juga kepada presiden yang diam seribu bahasa melihat perlawanan polisi kepada KPK ini.
Polisi, rakyat segera akan berbalik mendukung bapak-bapak seperti rakyat mendukung KPK jika bapak-bapak polisi yang terhormat mau secepatnya berubah langkah.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar