Jumat, 29 November 2013

Perkosa ABG di polsek apa hukuman yang pantas untuk polisi ini?



Reporter : Randy Ferdi Firdaus | Jumat, 8 November 2013 07:0
Ilustrasi perkosaan, pelecehan seksual, pencabulan. ©2012 Merdeka.com/Shutterstock
Merdeka.com - Sembilan anggota polisi dan tiga satpam yang bertugas di Gorontalo, Sulawesi Tengah melakukan pemerkosaan terhadap gadis di bawah umur berinisial IU (16). Ironisnya, pelaku bahkan sempat melakukan aksi bejat itu di sebuah ruangan yang ada di kantor kepolisian setempat.

Setelah terus melakukan intimidasi terhadap korban agar mau disetubuhi selama enam bulan. Akhirnya, perilaku bejat aparat yang harusnya melayani dan melindungi masyarakat ini terungkap. Keluarga korban pun melaporkan para pelaku ke polisi dan Komnas Perlindungan Anak. Sejauh ini, polisi telah menetapkan lima tersangka yang terdiri dari dua polisi, yakni Aiptu IGD, Brigadir IN, dua satpam MN, NN dan satu orang berinisial KK.

Peristiwa ini sungguh ironis. Bukan hanya karena pelaku perkosa adalah seorang anggota polisi aktif. Akan tetapi, perkosaan dilakukan secara bergilir dengan di bawah ancaman dan perbuatan tidak senonoh itu dilakukan di kantor polisi. Hukuman apa yang pantas bagi pelaku kejahatan moral tersebut?

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Hamidah Abdurachman mengaku tengah melakukan sejumlah langkah untuk menyelidiki sejauh mana kasus pemerkosaan tersebut tengah ditangani di kepolisian. Dia juga telah menemui para pelaku dan korban untuk meminta keterangan tentang kejadian tersebut.

Menurut Hamidah, sampai saat ini penyidik masih kesulitan untuk menemukan bukti-bukti kuat terhadap kesembilan pelaku yang diduga melakukan tindakan asusila itu. Hal ini disebabkan, kata dia, para pelaku terkesan saling menutupi ketika diperiksa.

"Polisi tidak bisa bekerja hanya berdasarkan pengakuan (korban), harus ada bukti, tapi ketika disandingkan dengan bukti, polisi masih kesulitan karena di antara sesama anggota tidak ada yang mengaku. Ketika ditanya mereka terkesan saling menutupi, sehingga kita sulit, apa betul 9 orang (polisi) melakukan perbuatan cabul itu," ujar Hamidah saat berbincang denganmerdeka.com, Kamis (7/11).

Kendati demikian, dia berjanji akan terus mengawasi perkembangan yang terjadi dalam proses penegakan hukum kasus ini. Dia juga meminta agar penyidik mempertimbangkan sekecil apapun bukti yang ada dan ditemukan.

"Kata korban di rumahnya, ada 9 orang dari Polri, apakah 9 melakukan hal sama (memperkosa), ini butuhkan pembuktian, di sini kesulitannya. Tapi kami meminta, sekecil apapun bukti harus digunakan," terang dia.

Dia menegaskan, jika perbuatan ini tak cukup hanya diberikan sanksi etik kepada para pelaku. Sebab ia yakin, jika kasus ini sudah masuk ke dalam ranah pidana karena melanggar Undang-Undang (UU).

"Kalau kita memang itu menyangkut pelanggaran UU harus proses hukum, enggak bisa hanya disiplin saja. Pelanggaran UU apakah itu KUHP atau perlindungan anak, ya proses hukum jawabannya," imbuhnya.

Selain karena alat bukti yang kurang, Hamidah menambahkan, dalam proses pemeriksaan kasus ini, polisi juga mengalami kesulitan untuk mendalami para pelaku lain. Karena, lanjut dia, korban IU masih dalam keadaan belum stabil dan masih butuh perawatan psikologi.

"Masalahnya mungkin pihak kepolisian ini kurang bukti memang pemeriksaan terhadap korban, korban merasa belum siap secara mental dengan waktu (pemeriksaan) yang lama, pertanyaan-pertanyaan yang dirasa menyudutkan, belum siap," pungkasnya.

Diketahui, Setelah beberapa kali diperkosa, IU ketakutan. Bulan Oktober awal, IU ditelepon oleh seorang polisi berinisial AU agar datang ke Polsek. Kalau tak datang ke Polsek, polisi itu mengancam akan menyakiti ABG malang itu.

"IU datang. Sampai di sana bukan yang telepon itu yang perkosa, tapi temannya yang lain lagi," kata Zulkifli, paman korban saat berbincang dengan merdeka.com, Kamis (7/11).

Usai diperkosa seorang polisi, datang lagi polisi yang mengaku pangkatnya lebih tinggi. Tubuh IU dipegang-pegang. Dia minta ABG itu menginap di kantor polisi. IU menolak, tapi polisi tersebut mengancam dan memperlihatkan pistolnya. Irma terpaksa menurut dan tidur di salah satu ruangan polsek.

"Lalu sekitar jam 2 dini hari, pelaku berinisial I masuk dalam kamar dan memaksa IU. IU menolak sambil menangis dan berteriak-teriak, tetapi pelaku bilang tak ada gunanya teriak karena tak ada yang dengar," lanjut Zulkifli.

Setelah memperkosa tiga kali, polisi itu meninggalkan IU dalam keadaan menangis dan tanpa busana.

Polisi Cabul dan Biadab Tukang Mabuk dan Pesta Sabu-sabu


[VIDEO] Potret Buram Polisi Indonesia



[VIDEO] Potret Buram Polisi Indonesia


Liputan6.com, Jakarta : Slogan polisi mengayomi dan melindungi masyarakat sepertinya memudar akhir-akhir ini. Pelanggaran yang dibuat oleh oknum polisi jelas semakin menyurutkan kepercayaan masyarakat kepada institusi kepolisian di negeri ini. Pelantikan Komisaris Jenderal Sutarman sebagai kepala kepolisian Republik Indonesia pada 25 Oktober lalu merupakan peristiwa penting. Sepenting salah satu tugas utama Sutarman, yakni mengamankan pemilihan umum 2014, dan tentu saja menjadikan Polri lebih baik.
Namun, Sutarman harus menerima kenyataan bahwa ada saja segelintir anak buahnya yang justru mencoreng citra polisi. Mulai dari penyalahgunaan narkoba, tindak asusila hingga kekerasan yang menewaskan orang lain.

Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (9/11/2013), menayangkan, belum lama ini masyarakat Lampung dihebohkan beredarnya foto-foto seorang perempuan tanpa busana. Foto itu makin menggemparkan, karena perempuan itu adalah RS seorang polisi wanita berpangkat briptu yang bertugas sebagai sekretaris pribadi istri Kapolda Lampung. Dan belakangan terungkap, foto-foto itu disebarkan bayu Saputra yang tak lain adalah mantan pacarnya yang sakit hati. Karena foto-foto tersebut, Briptu RS kemudian dinon-aktifkan.
Setelah foto syur Polwan lampung, citra Polri juga tercoreng dengan peristiwa yang hampir sama di Wonogiri, Jawa Tengah. Dialah Kapolsek Eromoko, Ajun Komisaris M Sonhaji yang menggegerkan khalayak karena berfoto tidak senonoh. Dengan masih mengenakan seragam polisi, ia berfoto memamerkan kemaluannya. Buntutnya, sang Kapolsek ini pun dicopot dan diperiksa termasuk kejiwaannya.
Selain tindakan asusila, godaan narkoba juga begitu besar. Polisi yang seharusnya bertugas memberantas narkoba justru tergoda memakai benda haram itu. Akhir Oktober lalu, sebuah rumah di Gowa, Sulawesi Selatan digerebek polisi. Hal ini dikarenakan adanya laporan dari warga ada pesta narkoba. Ternyata benar, saat digeledah beberapa orang sedang berpesta sabu. Mereka adalah tuan rumah, Aiptu Anwar Sulaiman yakni polisi yang bertugas di Polsek Tinggimoncong Gowa dan istrinya bernama Selfie serta istri Kapolres Halmahera Utara, AKBP Eka Junaidi. Aiptu Anwar sempat kabur, hingga akhirnya menyerahkan diri ke Mapolres Gowa.
Belum hilang keprihatinan karena polisi tergoda narkoba, Kamis 7 November 2013, di Batubara, Sumatera Utara, 4 polisi digerebek tentara dari Kodim 0208 Asahan karena berpesta narkoba di sebuah rumah kontrakan. Penggerebakan berlangsung cukup lama, karena polisi-polisi itu bertahan dengan mengunci pintu rumah. Mereka akhirnya mau menyerah setelah dibujuk Kapolres Batubara, AKBP Sinaga. Belakangan diketahui bahwa ke 4 polisi itu ternyata anggota Satuan Narkoba Polda Sumatera Utara.
Selain foto syur, narkoba, kekerasan juga melekat pada image petugas kepolisian. Selasa malam lalu, Briptu Heryawan seorang polisi dari Kesatuan Brimob menembak mati Bachrudin, seorang satpam di kawasan Seribu Ruko, Cengkareng Jakarta Barat. Kejadian ini dikarenakan sang polisi naik pitam karena korban menolak dihukum push-up. Setelah menembak korbannya, pelaku menyerahkan diri ke Markas Brimob di Kelapa Dua, Depok sebelum digelandang ke Mapolres Jakarta Barat.
Kekerasan oleh polisi juga terjadi di Aceh. Ryan Ramadhan, warga Banda Aceh harus dirawat di rumah sakit karena tulang kakinya patah ditembak seorang polisi pada 21 September. Saat itu, polisi tersebut murka ketika memergoki putranya dan ryan hendak memakai sabu, dan dor, polisi ini melampiaskan dengan menembak Ryan.
Polisi berbuat onar, ironis memang tapi itulah yang terjadi di Majalengka, Jawa Barat pada 23 Oktober dengan berpakaian dinas lengkap dan dalam keadaan mabuk berat akibat minum minuman keras. Seorang polisi berpangkat Brigadir, Mochtar Toyib membuat keributan di pentas musik pesta pernikahan di Kecamatan Ligung. Dalam video yang diunggah di YouTube ini, Brigadir Mochtar Toyib, bolak-balik naik ke atas panggung dan ribut dengan tamu lain. Rupanya, sang polisi sudah menenggak minuman keras sejak pagi sehingga ia mabuk berat. Akibat ulahnya, sang polisi dihukum kurungan selama 21 hari dan demosi.
Sebagai penegak hukum kedudukan Polisi sangat memprihatinkan. Bila pelanggaran-pelanggaran oleh oknum Polisi tak segera dihentikan, wibawa polisi di mata masyarakat akan semakin merosot dan akan banyak 'kerikil' di 'sepatu' Jenderal Sutarman yang bisa jadi mengganjal langkahnya menjadikan Polri lebih baik. (Dji/Tnt)

Polisi Brimob Biadab Tembak Satpam





Polisi: Gunakan Senpi Dinas, Brimob Tembak Satpam Cengkareng


Liputan6.com, Jakarta : Kapolres Jakarta Barat Kombes Pol Fadil Imran mengatakan hasil pemeriksaan sementara terhadap anggota Brimob berpangkat Briptu Heriawan alias Wawan diketahui pelaku saat menembak Bachrudin ke bagian dada sebelah kiri hingga tewas dengan mengunakan senjata jenis Revolver Kaliber 38.

"Tembakan 1 kali ke dada kiri atas pakai senjata dinas Revolver 38, senjata dinas," kata Kombes Pol Fadil Imran di Mapolres Jakarta Barat, Rabu (6/11/2013) dini hari.
Pelaku sudah dikenal masyarakat setempat lantaran dia tinggal di Menceng, Tegal Alur, Cengkareng, Jakarta Barat."Mereka saling mengenal tersangka, rumah pelaku di sana tak jauh dari TKP, di Menceng," ungkap dia.
Saat ini pelaku tengah diproses penyidik Mapolres Jakbar untuk di buatkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Fadli enggan membeberkan hasil BAP secara keseluruhan.
"Saat ini kita periksa besok hasil perkembangan kita sampaikan. Sekarang lagi di BAP," tandas dia.
Bachrudin (35), tewas setelah peluru panas dari senjata api milik Briptu Wawan menembus bagian dada sebelah kiri. Bachrudin pun tewas ditempat pada pukul 18.30 WIB saat bertugas sebagai satpam di Komplek Seribu Ruko, Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat. (Ali)

    Kapolsek Tak Bermoral Pamer Penis


    13 Foto 'Pamer Penis' Kapolsek Wonogiri Ada di Internet

    "Polisi masih melakukan penyelidikan untuk mengungkap pelakunya. Kini yang bersangkutan sudah dinonjobkan untuk memudahkan pemeriksaan," kata nya , Minggu (3/11/2013).



    13 Foto 'Pamer Penis' Kapolsek Wonogiri Ada di Internet
    Kapolsek Wonogori Solo pamer kemaluannya

    Jakarta | POL
    SEBANYAK 13 foto bugil kepala polsek di wilayah Wonogiri berinisial MS beredar di internet. Dalam foto-foto tersebut, sang polisi laki-laki itu memotret dirinya dengan berpose sambil memegang alat vital. Celakanya, polisi berpangkat AKP tersebut berpose seronok dalam keadaan masih mengenakan seragam kepolisian.

    Belum diketahui siapa yang mengunggah foto-foto itu ke dunia maya. Dalam 13 foto yang diunggah itu, Kapolsek tampak memamerkan kemaluannya. Ironisnya, dalam foto pamer alat vital tersebut, AKP MS tampak masih menggunakan baju seragam polisi.

    Pangkat dan namanya memang tidak terlalu jelas. Tapi atribut seperti brevet selam Polri di dada kanan, tanda jabatan wilayah di saku kanan, serta empat pita jasa di atas saku kiri, tampak terlihat.